Sabtu, 01 Februari 2014

Untuk Mereka yang Menjadi “Rumahku”

Diposting oleh Ratu Nur Faradhibah di Sabtu, Februari 01, 2014
Aaaaah senangnya, akhirnya berkesempatan untuk ikut #30HariMenulisSuratCinta setelah tahun lalu harus bersabar memandangi timeline yang dipenuhi re-tweet-an surat-surat cinta yang bertebaran disertai tatapan iri sebab keterlambatan mendaftar. Tapi sudahlah, yang penting hari ini saya bisa menulis surat cinta yang pertama.
Biasanya, yang pertama itu paling spesial. Iya benar, surat pertama ini memang spesial untuk orang yang selama sembilan belas tahun terakhir ini menjadi ‘rumah’ saya. Siapa lagi kalau bukan ayah dan ibu. Sejak saya masih bergelung dalam rahim ibu, mereka telah menjadi ‘rumah’ abadi saya. Tak sekalipun saya luput dari perhatiannya, hingga sebesar ini. Hingga beranjak sedewasa ini.
Ayah. Ah tak ada kata yang paling pas jika menyebut ayah. Cinta ? Pun kalau ada sesuatu yang berada lebih di atas cinta, itu milikku. Itu kupersembahkan untuk lelaki ini, lelaki yang rela melindungiku dari segala sesuatu yang mungkin bisa mengusik segala ketenanganku. Lelaki yang setiap harinya tanpa keluhan apa pun rela menempuh jarak yang cukup berarti hanya untuk memberi kami nafkah secukupnya. Untuk membiayai segala keperluanku, keperluan kedua adik perempuanku dan masih banyak lagi yang lain yang mungkin tak pernah cukup. Maafkan anakmu, Yah :’)
Ayah, seorang lelaki yang walaupun dengan segala keterbatasannya, tak pernah sekalipun memperdengarkan kata ‘tidak bisa’ kepada kami; kepada ibu, saya, dan kedua adik perempuanku. Segala sesuatu dihadapi dengan penuh rasa optimis. Seolah kekalahan itu tak akan pernah menghampirinya.
Ayah, dengan segala kerendahan hati yang dimilikinya, tak pernah dalam hidupnya, beliau memaksakan kehendaknya kepada anak-anaknya. Ayah selalu memberi kebebasan penuh bagi anak-anaknya untuk memilih apa yang diinginkan dan apa yang dianggap terbaik oleh kami sendiri. Yang terpenting katanya adalah tanggung jawab terhadap pilihan sendiri.
Ayah, betapa bangganya saya menjadi anakmu. Bangga dengan segala kesederhanaan milikmu. Bangga dengan keoptimisan yang ayah punya. Maafkan kalau selama ini, saya terlalu gengsi untuk mengatakan sayang secara langsung pada ayah. Tapi, percayalah, Yah bahwa diam-diam, kasih sayang ini full untukmu.
Oh iya, rasanya sangat tak lengkap jika membicarakan tentang ayah tapi tidak membicarakan tentang ibu.
 Ibu; Perempuan ini, perempuan yang menjadi rumah serta surgaku. Perempuan yang begitu sederhana tampilannya, tapi tidak dengan hati kecilnya. Meski parasnya biasa saja, namun nasihatnya menjadikannya luar biasa di mata kami; anak-anaknya. Iya, perempuan ini adalah perempuan yang rahimnya pernah menjadi tempatku berlindung sebelum benar-benar mengenal dunia ini.
Ibu, setiap pagi tak sekalipun absen membuatkan segelas teh untuk ayah dan segelas kopi untuk saya. Tak pernah absen menyajikan sarapan pagi yang dibutuhkan oleh anak-anaknya. Dan selama itu pula, tak pernah ada rentetan keluh kesah yang keluar dari bibirnya. Padahal saya tahu bahwa menjadi ibu itu diperlukan kesabaran yang benar-benar berada pada tingkatan paling atas. Bayangkan saja, ibu setiap harinya selalu bangun tepat pada pukul 03.00. Lebih dulu mengambil air wudhu lalu menunaikan salat tahajjud. Baru berhenti saat Salat Subuh pun telah ditunaikannya. Dari situ, saya sadar bahwa ibu tak pernah absen mendoakan anak-anaknya di sela-sela sujud panjangnya dan mungkin di bawah linangan air matanya yang tak jarang terlihat oleh saya sendiri. Setelah itu, saat saya masih saja malas-malasan di bawah hangatnya pelukan guling, ternyata ibu telah selesai menjerang air hangat untuk membuatkan minuman di pagi hari.
Entahlah, saya tak pernah bisa membayangkan bagaimana jadinya jika ayah dan ibu tak ada. Bukan persoalan rumah akan sepi, tapi seperti ada bagian dalam hati yang hilang saja. Seperti ada sesuatu yang menuntut untuk selalu dicari-cari adanya. Dan menyadari hal tersebut, saya pun meyakini bahwa ‘rumah’ yang selama ini saya miliki adalah ‘rumah’ yang selalu membuat saya merasa sempurna. Yang membuat saya merasa nyaman meski tak pernah luput dari persoalan kecil yang ada diluar ‘rumah’ itu sendiri. Saya bahagia, saya bersyukur karena memiliki ‘rumah’ seperti mereka :) 


0 komentar:

Posting Komentar

 

Ratu Faradhibah Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei