“Tak
ada manusia yang sanggup mencintaimu selamanya. Temukan saja dia yang bersedia
memaafkanmu sampai akhir.”-Falafu
Kesalahan berulang
kali lahir dari makhluk yang kita sebut manusia. Saya pernah iseng-iseng
menghitung berapa kali saya melakukan kesalahan dalam sehari dan jawabannya
fantastis. Dalam sehari, saya bisa saja melakukan empat sampai lima kali
kesalahan dalam waktu yang tidak juga berjarak terlalu lama. Dari situ saya
bertanya lagi, “Adakah seseorang yang dalam sehari saja hanya melakukan sekali
kesalahan? Atau bahkan mengaku tak pernah melakukan kesalahan dalam sehari?”
Saya rasa yang seperti itu nihil. Entah itu disengaja atau tidak, kesalahan
memang anak dari seorang manusia. Di mana pun dan kapan pun, kesalahan tak
pernah sekalipun meninggalkan kita. Hanya saja kadang kita tidak sadar kalau
yang kita lakukan itu adalah sebuah kesalahan yang mungkin saja bisa membuat
orang lain yang berada di sekitar kita menjadi terusik, terganggu, atau bahkan
bisa saja marah terhadap kita.
Lalu, saya kembali
bertanya, “Dengan kesalahan yang tidak terbilang sedikit, adakah yang mampu
menerima saya dan semua kesalahan-kesalahan itu?” Bukan. Bukan dia yang hari
ini bisa menerima kesalahan saya lalu ketika keesokan hari saya secara tidak
sengaja melakukan kesalahan yang lain , ia justru telah merasa lelah menerima
saya dengan kesalahan baru saya. Maksud saya, adakah yang bisa secara terus
menerus merasa bahwa memaafkan saya adalah kewajibannya karena ia percaya bahwa
saya, yang sedang bersamanya adalah manusia biasa yang memang pada fitrahnya
selalu berbarengan dengan sebuah kesalahan.
Saya cerewet, dan
mungkin saja ia bisa menjadi risih atau muak dengan semua cerita saya. Itu kesalahan
pertama.
Saya ceroboh, dan
mungkin saja ia bisa menjadi panik dengan kecerobohanku. Itu kesalahan kedua.
Saya cengeng, dan
mungkin saja ia bisa lelah menghadapi saya yang terlalu sensitif dan terlalu
mudah mengeluarkan air mata. Itu kesalahan ketiga. Dan masih banyak sifat-sifat
lain yang bisa saja menjadi penyebab dari lahirnya kesalahan-kesalahan saya
setiap harinya. Jelas karena itu, saya membutuhkan ia yang bersedia memaafkan
semuanya sampai akhir. Sebab, saya tahu, jika memaafkan saya saja ia selalu
punya hati yang lapang, apalagi dengan hal mencintai. Ia mungkin bisa
saja menyerahkan seluruh hatinya untuk saya. Tetapi, kembali lagi yang pernah
dikatakan oleh kak Fara bahwa di dunia ini tak ada yang bisa mencintai
selamanya, dan itu benar. Cukup temui ia yang berani memelukmu dengan semua kesalahanmu
dan yang mencintaimu tanpa takut bahwa kamu bisa saja melukai perasaannya
dengan kesalahanmu. Temui ia yang berbesar hati menerima kesalahanmu,
memaafkanmu, dan pelan-pelan mengajarkanmu bahwa kesalahanmu adalah cela di
mana ia bisa belajar mencintaimu lebih baik lagi.
Jadi, kamu bersedia
memaafkan saya? (ngarep)
0 komentar:
Posting Komentar