Sabtu, 16 April 2016

Benarkah Kita, Cinta?

Diposting oleh Ratu Nur Faradhibah di Sabtu, April 16, 2016 0 komentar
Kata seorang penulis terkenal yang selalu kukagumi, cinta itu benar adanya. Sebenar dua dikalikan dua adalah empat. Sebenar matahari yang selalu ingat di mana ia harus terbit juga tenggelam. Sebenar cinta Romeo yang dikatakannya sejati pada Juliet.

Awalnya saya tidak pernah mengingkari hal tersebut. Cinta kita sayang adalah benar adanya. Kamu mencintaiku dan tidak perlu kamu tanyakan hal itu kembali padaku, sebab saya tahu cintaku tak pernah kalah besar dari milikmu. Tetapi, selepas tiga tahun kemarin pernahkah sekalipun kita menanyakan diri kita masing-masing, bahwa cukup benarkah cara kita mencintai satu sama lain? Cukup benarkah kata cinta pun sayang yang selalu kita lontarkan hingga  pada akhirnya membuat kita berdua lupa arti dari kata tersebut? Kita tidak benar, Sayang. Tidak, saya tidak menyalahkan siapa-siapa. Saya tidak ingin menjadi egois dalam hal ini. Hubungan kita terdiri dari kamu dan saya, dan itu berarti kalaupun hubungan kita tidak berjalan sesuai yang kita inginkan, (mungkin) letak kesalahannya ada pada kita berdua.

Saat pernyataan cintamu yang pertama kali, pada detik saya menganggukkan kepala atas pernyataanmu, saya telah (terlalu) yakin bahwa kepadamulah semuanya bisa kuandalkan.  Saya meyakini kamulah lelaki kuat yang akan selalu mampu menahan hantaman-hantaman demi melindungi saya dan juga kita. Maka pada saat percik-percik api mulai terlontar dari mulut orang orang sekitar, saya yakin saya bisa mengabaikannya karena saya punya kamu, kamu yang bisa menjaga hati saya agar tidak banyak terisi oleh prasangka-prasangka yang belum benar adanya. Kamu menjaga hati saya agar tidak hangus dilahap amarah. Tetapi sayang seribu sayang, ibu selalu benar bahwa menjatuhkan harapan terlalu besar tidak akan memberikan kita apa-apa kecuali rasa sakit yang juga luar biasa besarnya. Bahwa terkadang yang lihai menyakiti ialah ia yang terlalu mencintai kita sendiri. Tak lama setelah kebahagiaan kamu hadiahkan, perlahan harapan itu luntur satu per satu. Saya tidak tahu itu karena saya yang tidak becus menjaga perasaan atau kepercayaan atau karena kamu yang memang sengaja menghilangkan kesan indah yang kamu ciptakan di hari pertama kita memutuskan untuk saling beriringan sembari menggenggam satu sama lain. Saya tidak akan pernah tahu begitu juga dengan kamu.

Kita bertahan tanpa pernah menanyakan bahwa cinta kah yang membuat kita bertahan atau hanya perasaan takut kehilangan sajakah? Kita bertahan dengan kamu yang ternyata lebih suka menghitung detik daripada detak, sehingga kadang acap kali saya bertanya pada diri sendiri, “Yang kamu buru  saya atau waktu?” tetapi saya tetap diam demi bisa memperhatikanmu meski terkadang, lebih sering kamu menganggap diamku sebagai tanda saya sedang menghilang darimu. Tidak apa, saya tetap tersenyum. Saya tetap cinta kamu. Lalu saya tetap diam karena saya tahu kamu lebih suka didengarkan. Dan untuk bisa mendengarkanmu, saya harus mencipta keheningan. Saya berhati-hati melontarkan kata, saya hitung kata demi kata yang terlontar agar saya tidak kehilangan fokus lalu mengecewakanmu, sebab mengecewakanmu dulu adalah sebuah pantangan. Tetapi lagi-lagi kamu menganggap itu semua tidak lebih dari saya yang katamu sebenarnya tidak memperdulikanmu. Dan kamu tahu? Saya tetap tersenyum. Saya tetap mencintaimu seperti saat pertama kita merayakan euforia  perasaan kita, tak takut apa pun, tak akan menyerah terhadap apapun, katamu.

Dan saat kamu berubah, mengajariku terbiasa tanpa kabarmu, mendikte kangenku hanya dengan kalimat, “sabar ya”, saya tetap di hatimu, saya tetap menjadi orang yang paling cemas saat kamu mengabarkan bahwa kamu sedang sakit dan saya tetap menjadi orang yang paling sering memelukmu diam-diam dalam doa panjangku. Semua itu kulakukan hanya karena saya tahu, hati dan pikiran saya masih menginginkan kamu. Bahwa peluhmu masih ada untuk kuusap, begitu juga letihmu ada serupa tenaga untuk menopangku lebih kuat lagi.


Namun, hari ini selepas kita bersepakat menjadi asing satu sama lain, pernahkah kita mencoba kembali bertanya, benarkah kita, Cinta? 
 

Ratu Faradhibah Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei