Bagaimana rasanya kehilangan
setelah sekian lama hidup dalam kebahagiaan?
Bagaimana rasanya kebahagiaan itu
setelah sekian lama hidup dalam cengkraman kehilangan?
Semua punya rasa yang berbeda.
Dan saya sadar, ternyata Tuhan
selalu menyisipkan kebahagiaan entah sekecil apa pun itu di setiap perasaan
sakit yang kita alami, termasuk saat kehilangan.
Dua tahun bukanlah waktu yang
singkat. Buktinya, kita sudah ‘saling’. Saling memahami, saling mencintai,
saling menyayangi, saling mengerti, tapi sayang kita belum cukup saling
meyakinkan hati masing-masing agar terus bertahan di tengah terpaan angin yang
menghampiri. Bukan kamu yang gagal, bukan juga saya. Ada hal lain yang
terlupakan dari masing-masing kita bahwa setiap pertemuan selalu mengantar kita
pada perpisahan-perpisahan yang baru. Dan itulah yang terjadi. Dari awal, kita
mungkin kurang menyiapkan diri bahwa bisa saja kelak kita akan berpisah tanpa
peduli hal yang mendasari perpisahan. Dari awal, kita terlalu sibuk merancang
bagian-bagian yang membuat kita bahagia saja tanpa menyadari bahwa hidup selalu
adil, di mana ada bahagia di situ pun ada kesedihan. Hingga sampai bagian di
mana kita memang benar-benar memutuskan untuk tidak lagi diiringi dan
beriiringan, tidak lagi saling menggenggam dan menyemangati. Sedih. Kecewa.
Marah. Semua itu adalah lumrah adanya. Dua tahun bukanlah waktu yang mudah
untuk saling menyelami satu sama lain hingga harus diakhiri karena mungkin
alasan yang menurutmu konyol. Saya pun sempat menitikkan air mata ketika
keputusan itu terlontar. Mendadak rekaman rekaman yang telah kita lewati
terputar ulang kembali, membuat saya bertanya, “Sudah benarkah yang saya
putuskan ini? Apa saya tidak akan menyesal?” tetapi saya lagi-lagi sadar bahwa hidup
adalah soal mengambil keputusan dan menjalani resikonya. Oleh karena itu,
sekali saya melangkah, saya harus bisa kuat menghadapi apa yang aka nada di
depan sana.
Hari ini, saya kembali merenung
tentang segalanya. Ternyata kita tidak berpisah untuk merasakan kehilangan,
tetapi untuk merasakan kebahagiaan yang baru. Kamu dengan usaha yang gigih
untuk menyelesaikan studimu dan saya dengan usaha dan semangat yang baru untuk
kuliah dan mengusahakan apa yang saya inginkan. Bukankah itu sebuah kebahagiaan
jika nantinya masing-masing dari kita mendapatkan apa yang seharusnya kita
dapatkan? Saya harap seperti itu sebab untuk merasa baik-baik saja, kita harus
melewati fase ketidak baik-baik-an, dan kehilangan merupakan salah satu dari
fase tersebut.
Terima kasih untuk dua tahun yang
tidak terbayar ini.
Terima kasih untuk semua yang
pernah kita lewati dan kita perjuangkan sama-sama.
Bukan salah kita kalau hari ini
ternyata apa yang kita lewati itu tidak cukup menguatkan kita untuk terus
bersama. Sebab, sepertinya akan selalu ada kebahagiaan lain yang disiapkan untuk kita
masing-masing.
0 komentar:
Posting Komentar