Kamis, 22 Oktober 2015

Bagiku, Dimaafkan Tak Pernah Sehangat Ini

Diposting oleh Ratu Nur Faradhibah di Kamis, Oktober 22, 2015 0 komentar
“Tak ada manusia yang sanggup mencintaimu selamanya. Temukan saja dia yang bersedia memaafkanmu sampai akhir.”-Falafu

Kesalahan berulang kali lahir dari makhluk yang kita sebut manusia. Saya pernah iseng-iseng menghitung berapa kali saya melakukan kesalahan dalam sehari dan jawabannya fantastis. Dalam sehari, saya bisa saja melakukan empat sampai lima kali kesalahan dalam waktu yang tidak juga berjarak terlalu lama. Dari situ saya bertanya lagi, “Adakah seseorang yang dalam sehari saja hanya melakukan sekali kesalahan? Atau bahkan mengaku tak pernah melakukan kesalahan dalam sehari?” Saya rasa yang seperti itu nihil. Entah itu disengaja atau tidak, kesalahan memang anak dari seorang manusia. Di mana pun dan kapan pun, kesalahan tak pernah sekalipun meninggalkan kita. Hanya saja kadang kita tidak sadar kalau yang kita lakukan itu adalah sebuah kesalahan yang mungkin saja bisa membuat orang lain yang berada di sekitar kita menjadi terusik, terganggu, atau bahkan bisa saja marah terhadap kita.
Lalu, saya kembali bertanya, “Dengan kesalahan yang tidak terbilang sedikit, adakah yang mampu menerima saya dan semua kesalahan-kesalahan itu?” Bukan. Bukan dia yang hari ini bisa menerima kesalahan saya lalu ketika keesokan hari saya secara tidak sengaja melakukan kesalahan yang lain , ia justru telah merasa lelah menerima saya dengan kesalahan baru saya. Maksud saya, adakah yang bisa secara terus menerus merasa bahwa memaafkan saya adalah kewajibannya karena ia percaya bahwa saya, yang sedang bersamanya adalah manusia biasa yang memang pada fitrahnya selalu berbarengan dengan sebuah kesalahan.
Saya cerewet, dan mungkin saja ia bisa menjadi risih atau muak dengan semua cerita saya. Itu kesalahan pertama.
Saya ceroboh, dan mungkin saja ia bisa menjadi panik dengan kecerobohanku. Itu kesalahan kedua.
Saya cengeng, dan mungkin saja ia bisa lelah menghadapi saya yang terlalu sensitif dan terlalu mudah mengeluarkan air mata. Itu kesalahan ketiga. Dan masih banyak sifat-sifat lain yang bisa saja menjadi penyebab dari lahirnya kesalahan-kesalahan saya setiap harinya. Jelas karena itu, saya membutuhkan ia yang bersedia memaafkan semuanya sampai akhir. Sebab, saya tahu, jika memaafkan saya saja ia selalu punya hati yang lapang, apalagi dengan hal mencintai. Ia mungkin bisa saja menyerahkan seluruh hatinya untuk saya. Tetapi, kembali lagi yang pernah dikatakan oleh kak Fara bahwa di dunia ini tak ada yang bisa mencintai selamanya, dan itu benar. Cukup temui ia yang berani memelukmu dengan semua kesalahanmu dan yang mencintaimu tanpa takut bahwa kamu bisa saja melukai perasaannya dengan kesalahanmu. Temui ia yang berbesar hati menerima kesalahanmu, memaafkanmu, dan pelan-pelan mengajarkanmu bahwa kesalahanmu adalah cela di mana ia bisa belajar mencintaimu lebih baik lagi.

Jadi, kamu bersedia memaafkan saya? (ngarep)

Rabu, 21 Oktober 2015

Kita Seajaib Ini....

Diposting oleh Ratu Nur Faradhibah di Rabu, Oktober 21, 2015 0 komentar
Pernah, dalam satu bagian di kehidupan, saya merasa kosong. Tiba-tiba, ada yang datang melegakan yang sesak, menenangkan yang penuh cemas, dan memeluk saat saya merasa sendiri. Tiba-tiba, kamu datang. Tanpa ba-bi-bu, tanpa permisi, tanpa canggung mulai membuat saya berpikir ulang tentang apa yang sudah saya jalani bersamanya selama ini. Kita berdua benar-benar tahu bahwa untuk berjalan bersama tidaklah pernah mudah. 
Kita tahu bahwa akan ada banyak tantangan yang menunggu kita, mencoba mematahkan kata-kata yang kita sebut janji, kesepakatan, komitmen, apapun itu namanya. Tetapi hidup memang selalu perihal mencoba, kan? Untuk tahu suatu hal ya cuma ada satu jalan; mencoba.
Berjalan denganku tidak mudah, menghadapi saya dengan sifat yang kebanyakan masih diisi dengan penuh rasa kekanak-kanakan. Inginku yang berubah-ubah dan emosi yang sewaktu-waktu bisa saja berada di luar ‘jalur’. Tetapi saya bersyukur terhadap apa yang kita lewati ternyata kamu masih sanggup menundukkan sifat kekanak-kanakanku juga mengusir rasa egois yang selama ini saya punya. Tidak sekalipun kamu marah lebih dari 24 jam. Tidak juga kamu pernah mendiamiku lebih dari sejam. Padahal saya tahu, kadang-kadang yang saya lakukan sudah sepantasnya menuai marahmu. Tapi lagi-lagi kesabaranmu berhasil membuat saya lebih menyayangimu lebih dari hari ini.
Berjalan denganmu juga tidak pernah lebih mudah, Sayang. Sewaktu-waktu kesabaranku harus berhadapan dengan besarnya ego. Keinginan untuk berpikir yang ‘tidak-tidak’ pun masih harus membuat saya lebih banyak belajar berpikir positif. Tetapi ternyata dengan begitu, mengajarkan saya bahwa hidup tak pernah menuntut kesempurnaan, melainkan penerimaan dari kita masing-masing. Sebesar apapun kekuranganmu, itu sudah menjadi kewajibanku untuk menerimanya. Bukannya malah menuntutmu agar menghilangkan kekurangan itu dan menggantinya dengan apa yang saya mau. Sebanyak apapun kekuranganmu, sudah menjadi tugasku untuk membuatmu merasa bahwa apa yang menjadi kurangmu itu ternyata bisa membuatmu dicintai seperti ini. Semoga kamu juga berpikiran seperti itu. Karena cinta yang baik selalu punya cara agar kamu merasa dibutuhkan dan dipercaya. 
Sewaktu-waktu kamu merasa perlu sendiri, kamu boleh pergi, berjalan jauhlah tanpa pernah lupa bahwa hati yang kuat selalu merasa perlu pulang ke ‘tempat’nya.

 

Ratu Faradhibah Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei