“Don’t go looking for Mr.
Right, look for Mr. Right-now. And eventually, if he’s worthy, then one day
that ‘now’ part is just going to drop away. Naturally.”- Fly Me to The Sky
Seperti
apa yang kamu mau?
Ganteng?
Pintar?
Tajir?
Atau
yang benar-benar sempurna?
Hey,
kamu cari pasangan apa cari paket super lengkap seperti yang ada di restoran
restoran cepat saji? Memang benar ya manusia tidak pernah punya rasa puas yang
cukup. Setelah dapat satu, ingin dapat dua. Setelah dapat dua, ingin dapat tiga
dan begitu seterusnya sampai ia yakin bahwa semua yang ia inginkan benar-benar
terwujud. Totally wrong. Life is when
everything is not going as you plan it, Gaes.
Coba
lihat kembali daftar kriteria pasangan yang kalian inginkan. Saya yakin,
setelah kalian menemukan seseorang dengan semua kriteria tersebut, kalian
bukannya malah puas tetapi sebaliknya, merasa bosan.
Kenapa?
Karena
pasangan menurut saya bukanlah checklist dari apa yang selama ini kita impikan.
Bukan seperti pemain ftv kesukaan saya dan bukan juga seperti karakter yang ada
dalam novel-novel roman picisan yang banyak beredar.
Pasangan
menurut saya bukanlah yang membuat saya bahagia karena apa yang ia miliki
adalah tidak lain dari yang selama ini saya cari. Bukan.
Bukan
juga yang sengaja memunculkan kriteria kriteria impian saya hanya karena ia
ingin membuat saya bangga telah memilihnya.
Lalu
pasangan itu seperti apa?
Sebelum
saya menjawab, pernahkah terpikir bahwa pasangan adalah tak lain seperti
potongan-potongan puzzle? Kalian pasti tahu kan puzzle seperti apa? Setiap bagiannya
punya sudut yang berbeda dari potongan puzzle yang lain. Dibuat seperti itu
bukanlah tanpa tujuan melainkan agar mempermudah orang yang memainkannya untuk
memasangkannya, karena sebenarnya, semakin mirip sudut-sudut yang dimiliki dari
potongan-potongan puzzle tersebut, maka semakin kecil pula kemungkinan mereka
untuk dipasangkan. Begitu pula halnya dengan pasangan. Semakin mirip kamu
dengan pasanganmu semakin jauh pula kalian dari kata cocok.
Semakin bingung ya?
Oke, lanjut saja.
Menurut
saya, pasangan tidak perlu seganteng Rio Dewanto atau se-charming Adam Levine. Cukup yang membuatmu tersenyum saat
melihatnya, atau cukuplah yang bisa membuatmu berani menatapnya berlama-lama
tanpa rasa bosan. Lagipula makin ke sini, yang ganteng pun seringnya suka sama
yang ganteng pula. *ups*
Pintar?
Menurut saya dan beberapa orang lainnya, ketika seseorang tersebut taqwa,
pastilah dia pintar. Sebab, dia selalu ingat bahwa salah satu amalan yang tidak
akan putus hingga akhir zaman adalah “ilmu yang bermanfaat”. Jadi, cukup
mencari dia yang taqwa, sebab soal kepintaran dan sebagainya sudah pasti ada
dalam dirinya kalau dia benar-benar orang yang taqwa.
Menurut
saya, pasangan tidak perlu tajir. Sebab yang ‘berlebih’ kadang bukannya
mendatangkan kebahagiaan malah sebaliknya. Cari saja pasangan yang rejekinya
selalu dicukupkan, setidaknya cukup untuk membuatmu bahagia tanpa lupa
bersyukur lebih sering lagi.
Lantas
bagaimana dengan pasangan yang sempurna?
Kalian
tahu arti sempurna? Sempurna adalah ketika Sylvester makan Tweety. Begitu dia
berhasil menyantap si burung kuning itu, maka semua perjuangan selesai, dan
usahan itu berakhir sempurna. Saat semuanya berakhir sempurna, serial
Tweety-nya tamat. Betul, gak?
Lagi
pula untuk apa selalu mencari yang sempurna padahal kita sudah hapal betul
bahwa di dunia ini kesempurnaan hanya milik Tuhan. Selebihnya adalah usaha
saling menyempurnakan satu sama lain. Begitu pun halnya dengan pasangan. Dia
cuek, ya berarti kamu yang harusnya sedikit lebih aktif. Kamu gampang marah, ya
berarti dia yang harusnya lebih sabar. Setelah
yang seperti itu terpenuhi, kalian dengan sendirinya akan merasa sempurna tanpa
mempedulikan apakah masing-masing dari kalian memang memiliki kriteria sempurna
seperti kebanyakan ftv dan novel-novel percintaan lainnya.
Secara
pribadi, saya lebih butuh pasangan yang setia. Sebab, sampai hari ini saya
masih belajar untuk hal (sulit) yang satu itu dan membutuhkan orang yang lebih
dulu bisa setia agar kelak ia bisa membuat saya bertahan meski tahu di depan
sana akan selalu ada kebahagiaan lain yang belum pernah kita cicipi. Karena
pada akhirnya, saya perlu hidup dengan orang yang selalu menemani saat hidup
sedang sempit-sempitnya. Dan tetap mencintai saya setelah ada banyak kekecewaan
dan rasa sakit yang muncul di antara saya dan dia.
Kenapa
harus yang setia? Sebab nantinya, menikah bukanlah perihal kamu dan dia saja. Tapi
juga perihal anak-anakmu kelak. Maka dari itu, hiduplah dengan orang yang
benar-benar ingin tumbuh lebih baik denganmu. Dengan orang yang setia berjalan
di sisimu karena ia tahu, perempuan selalu butuh perlindungan dan teman berbagi
yang selalu ada.
Pasangan
bukan orang yang hanya sehari atau dua hari menemani, tetapi kalau bisa dan
diijinkan, pasangan adalah orang yang selamanya akan menjadi teman berbagi
pahala dan dosa di dunia dan di akhirat kelak. Pasangan adalah orang yang
membuatmu berhenti mengeluh tentang sulitnya hidup, karena kamu sadar bahwa
selama kamu punya dia, kesulitan itu tak cukup kuat untuk membunuh semangatmu. Pasangan
adalah orang selalu bisa membuatmu bahagia walau hanya dalam bentuk peluk juga kecup di sela sela kesibukannya
yang seabrek.“Don’t go looking for Mr.
Right, look for Mr. Right-now. And eventually, if he’s worthy, then one day
that ‘now’ part is just going to drop away. Naturally.”- Fly Me to The Sky
Seperti
apa yang kamu mau?
Ganteng?
Pintar?
Tajir?
Atau
yang benar-benar sempurna?
Hey,
kamu cari pasangan apa cari paket super lengkap seperti yang ada di restoran
restoran cepat saji? Memang benar ya manusia tidak pernah punya rasa puas yang
cukup. Setelah dapat satu, ingin dapat dua. Setelah dapat dua, ingin dapat tiga
dan begitu seterusnya sampai ia yakin bahwa semua yang ia inginkan benar-benar
terwujud. Totally wrong. Life is when
everything is not going as you plan it, Gaes. \
Coba
lihat kembali daftar kriteria pasangan yang kalian inginkan. Saya yakin,
setelah kalian menemukan seseorang dengan semua kriteria tersebut, kalian
bukannya malah puas tetapi sebaliknya, merasa bosan.
Kenapa?
Karena
pasangan menurut saya bukanlah checklist dari apa yang selama ini kita impikan.
Bukan seperti pemain ftv kesukaan saya dan bukan juga seperti karakter yang ada
dalam novel-novel roman picisan yang banyak beredar.
Pasangan
menurut saya bukanlah yang membuat saya bahagia karena apa yang ia miliki
adalah tidak lain dari yang selama ini saya cari. Bukan.
Bukan
juga yang sengaja memunculkan kriteria kriteria impian saya hanya karena ia
ingin membuat saya bangga telah memilihnya.
Lalu
pasangan itu seperti apa?
Sebelum
saya menjawab, pernahkah terpikir bahwa pasangan adalah tak lain seperti
potongan-potongan puzzle? Kalian pasti tahu kan puzzle seperti apa? Setiap bagiannya
punya sudut yang berbeda dari potongan puzzle yang lain. Dibuat seperti itu
bukanlah tanpa tujuan melainkan agar mempermudah orang yang memainkannya untuk
memasangkannya, karena sebenarnya, semakin mirip sudut-sudut yang dimiliki dari
potongan-potongan puzzle tersebut, maka semakin kecil pula kemungkinan mereka
untuk dipasangkan. Begitu pula halnya dengan pasangan. Semakin mirip kamu
dengan pasanganmu semakin jauh pula kalian dari kata cocok. Semakin bingung ya?
Oke, lanjut saja.
Menurut
saya, pasangan tidak perlu seganteng Rio Dewanto atau se-charming Adam Levine. Cukup yang membuatmu tersenyum saat
melihatnya, atau cukuplah yang bisa membuatmu berani menatapnya berlama-lama
tanpa rasa bosan. Lagipula makin ke sini, yang ganteng pun seringnya suka sama
yang ganteng pula. *ups*
Pintar?
Menurut saya dan beberapa orang lainnya, ketika seseorang tersebut taqwa,
pastilah dia pintar. Sebab, dia selalu ingat bahwa salah satu amalan yang tidak
akan putus hingga akhir zaman adalah “ilmu yang bermanfaat”. Jadi, cukup
mencari dia yang taqwa, sebab soal kepintaran dan sebagainya sudah pasti ada
dalam dirinya kalau dia benar-benar orang yang taqwa.
Menurut
saya, pasangan tidak perlu tajir. Sebab yang ‘berlebih’ kadang bukannya
mendatangkan kebahagiaan malah sebaliknya. Cari saja pasangan yang rejekinya
selalu dicukupkan, setidaknya cukup untuk membuatmu bahagia tanpa lupa
bersyukur lebih sering lagi.
Lantas
bagaimana dengan pasangan yang sempurna?
Kalian
tahu arti sempurna? Sempurna adalah ketika Sylvester makan Tweety. Begitu dia
berhasil menyantap si burung kuning itu, maka semua perjuangan selesai, dan
usahan itu berakhir sempurna. Saat semuanya berakhir sempurna, serial
Tweety-nya tamat. Betul, gak?
Lagi
pula untuk apa selalu mencari yang sempurna padahal kita sudah hapal betul
bahwa di dunia ini kesempurnaan hanya milik Tuhan. Selebihnya adalah usaha
saling menyempurnakan satu sama lain. Begitu pun halnya dengan pasangan. Dia
cuek, ya berarti kamu yang harusnya sedikit lebih aktif. Kamu gampang marah, ya
berarti dia yang harusnya lebih sabar. Setelah
yang seperti itu terpenuhi, kalian dengan sendirinya akan merasa sempurna tanpa
mempedulikan apakah masing-masing dari kalian memang memiliki kriteria sempurna
seperti kebanyakan ftv dan novel-novel percintaan lainnya.
Secara
pribadi, saya lebih butuh pasangan yang setia. Sebab, sampai hari ini saya
masih belajar untuk hal (sulit) yang satu itu dan membutuhkan orang yang lebih
dulu bisa setia agar kelak ia bisa membuat saya bertahan meski tahu di depan
sana akan selalu ada kebahagiaan lain yang belum pernah kita cicipi. Karena
pada akhirnya, saya perlu hidup dengan orang yang selalu menemani saat hidup
sedang sempit-sempitnya. Dan tetap mencintai saya setelah ada banyak kekecewaan
dan rasa sakit yang muncul di antara saya dan dia.
Kenapa
harus yang setia? Sebab nantinya, menikah bukanlah perihal kamu dan dia saja. Tapi
juga perihal anak-anakmu kelak. Maka dari itu, hiduplah dengan orang yang
benar-benar ingin tumbuh lebih baik denganmu. Dengan orang yang setia berjalan
di sisimu karena ia tahu, perempuan selalu butuh perlindungan dan teman berbagi
yang selalu ada.
Pasangan
bukan orang yang hanya sehari atau dua hari menemani, tetapi kalau bisa dan
diijinkan, pasangan adalah orang yang selamanya akan menjadi teman berbagi
pahala dan dosa di dunia dan di akhirat kelak. Pasangan adalah orang yang
membuatmu berhenti mengeluh tentang sulitnya hidup, karena kamu sadar bahwa
selama kamu punya dia, kesulitan itu tak cukup kuat untuk membunuh semangatmu. Pasangan
adalah orang selalu bisa membuatmu bahagia walau hanya dalam bentuk peluk juga kecup di sela sela kesibukannya
yang seabrek.
0 komentar:
Posting Komentar